Setiap memasuki bulan Rajab, sebagian kaum muslimin
akan langsung terbesit di dalam fikirannya yakni bahwa bulan Rajab
adalah bulan Isra’ Mikraj. Padahal, di samping peristiwa bersejarah
tersebut, juga terdapat peristiwa-peristiwa lain yang juga sangat
bersejarah dan turut serta memberikan perubahan bagi kehidupan kaum
muslimin. Apa sajakah peristiwa tersebut?
1. Isra’ Mi’raj (27 Rajab)
Tepat malam 27 Rajab, nabi Muhammad saw melakukan perjalanan yang
dikenal dengan Isra’ Mikraj, dimana nabi Muhammad diperjalankan
berangkat dari Masjidil Haram menuju masjid al Aqsha di Baitul Maqdis
Palestina. Isra’ Mikraj itu sendiri adalah hiburan yang diberikan oleh
Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw, sebagai penguat dirinya, dalam
menjalani beratnya perjalanan dakwah yang beliau hadapi.
Terlebih lagi
setelah meninggalnya istri yang begitu beliau cintai dan sayangi yakni
Khadijah Ra yang selalu setia berada di sisi nabi, memberikan dukungan
moril dan spiritual juga materi akan dakwah nabi, juga meninggalnya
paman beliau yakni Abu Thalib, orang yang selama ini memberikan himayah (perlindungan) akan dakwah nabi Muhammad Saw.
2. Pembebasan Baitul Maqdis Palestina
27 Rajab 583 H, Shalahudin al Ayyubi bersama pasukan kaum muslimin
bergerak mengepung dan membebaskan tanah Palestina yang setelah sekian
abad lamanya dikuasai oleh pasukan salibis. Pembebasan itu sendiri tidak
mendapatkan perlawanan yang berarti dari pasukan salibis.
Umat Islam Palestina pun akhirnya kembali dapat hidup dengan
melaksanakan syariah Islam di bawah system pemerintahan Khilafah Islam.
3. Penghapusan System Khilafah
28 Rajab 1342 H atau tepatnya pada 03 Maret 1924, seorang pengkhianat
yang bernama Mustafa Kemal at-Tarturk, seorang yang berketurunan Yahudi
dari suku Dunamah, seorang agen barat (Inggris), telah menghapuskan
sistem pemerintahan Islam yakni sistem Khilafah, yang kemudian diganti
dengan sistem pemerintahan Republik.
Sejak saat itulah, petaka, bencana dan musibah menimpa umat Islam.
Aturan syariah Islam dicampakkan, dan diganti dengan aturan yang
berpijak pada ideologi Kapitalisme-Sekulerisme.
Umat Islam yang dulunya berada pada satu wilayah kekuasaan
pemerintahan, kini telah terpecah-pecah menjadi negeri-negeri kecil
sekitar 57-an Negara, yang disekat dengan batas teritorial wilayah atas
nama Nasionalisme.
Bulan Rajab, Bulan Perjuangan
Saatnya, di bulan rajab sekarang ini, semangat Rajab adalah semangat
untuk menuju perubahan yang lebih baik, dan perubahan yang lebih baik
itu hanya akan terjadi jika berasal dari sistem kehidupan yang baik. Dan
sistem kehidupan yang baik adalah yang berasal dari Dzat Yang Maha
Baik, Dia-lah Allah swt, yang telah memberikan janji akan memberikan
kekuasaan (istikhlaf) kepada kaum muslim.
Sebagaimana dalam surat an-Nuur ayat 55, Allah swt berfirman
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا
اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ
بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٥٥﴾
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal salih di antara kalian bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar
(keadaan) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa.
Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan dengan
sesuatu pun. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka
itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An Nuur: 55)
Dalam surat ini, Allah memberikan beberapa penegasan, Pertama, ayat ini dimulai dengan, “Wa’ada-Llahu (Allah berjanji)..” yang menunjukkan jaminan kepastian akan terwujudnya apa yang dijanjikan.
Kedua, janji yang dijanjikan itu diungkapkan dengan menggunakan redaksi yang jelas, “La yastakhlifannahum (Dia sungguh-sungguh akan memberikan Khilafah [kekuasaan] kepada mereka).” Frasa ini mempunyai makna yang mendalam, karena disusun dari, Lam yang merupakan jawab dari sumpah Allah, diakhiri dengan nun yang digandakan (tasydid), atau disebut nun taukid tsaqilah, yang berarti, “penegasan ganda”.
Ditambah pilihan lafadz, yastakhlifa yang merupakan satu akar kata dengan lafadz khilafah. Semuanya ini tidak bisa diartikan lain, kecuali bahwa janji berdirinya khilafah ini merupakan janji yang pasti.
Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang berpendapat bahwa janji Allah
tersebut telah kadaluarsa, karena Khilafah telah Allah berikan pada
masa Khulafaur Rasyidin. Pendapat tersebut tidak benar, karena janji
Allah berlaku tanpa batas, dan hal tersebut juga dipertegas oleh
bisyarah (kabar gembira) yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw bahwa
Khilafah akan tegak kembali.
Sebagaimana dalam sebuah riwayat disampaikan:
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ
الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ
حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ
أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ
حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
الْأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو
ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ
خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا
جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ
النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ (رَوَاهُ اَحْمَدُ)
Imam Ahmad berkata, “Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy telah
meriwayatkan sebuah hadits kepada kami; di mana ia berkata, “Dawud bin
Ibrahim al-Wasithiy telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud
al-Thayalisiy). Dan Dawud bin Ibrahim berkata, “Habib bin Salim telah
meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir; dimana ia berkata,
“Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw, –Basyir sendiri
adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan hadits Nabi saw.
Lalu,
datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyaniy seraya berkata, “Wahai Basyir bin
Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang berbicara tentang para
pemimpin? Hudzaifah menjawab, “Saya hafal khuthbah Nabi saw.” Hudzaifah
berkata, “Nabi saw bersabda, “Akan datang kepada kalian masa kenabian,
dan atas kehendak Allah masa itu akan datang.
Kemudian, Allah akan
menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang
masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah
masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak
menghapusnya.
Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja
menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan
datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya.
Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak
Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika
berkehendak menghapusnya.
Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj
al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu,
beliau diam.” [HR. Imam Ahmad]
Oleh karenanya, bulan rajab ini adalah salah satu bulan yang bisa
dijadikan momentum untuk semakin meneguhkan perjuangan dalam rangka
mewujudkan janji dari Allah swt bisyarah dari Rasulullah saw bahwa
Khilafah akan segera tegak melalui perjuangan, perjuangan yang tidak
kenal lelah serta penuh keikhlasan dari para pengemban dakwah perjuangan
tersebut. Wallahu a’lam.
Oleh : Adi Victoria (Humas HTI Samarinda)
12 Rajab 1435 H.
0 komentar :